Kenapa Kita Harus Membaca Buku
[Ahamad 21-12-2012
Ada banyak alasan kenapa orang mesti membaca buku yang ditulis oleh orang lain. Diantaranya adalah Pertema karena adanya kebutuhan dari diri kita untuk menggali ilmu pengetahuan atau informasi tentang berbagai hal yang kita butuhkan. Kita merasa mencari ilmu sebagai suatu kebutuhan karena memang bagi kita, umat Islam, mencari ilmu diwajibkan kepada kita. Rosulullah saw bersabda :”Mencari ilmu wajib atas setiap orang Islam baik laki-laki maupun perempuan”. Sementara itu mencari ilmu tidak harus melalui sekolah-sekolah formal maupun informal, akan tetapi juga dengan cara belajar sendiri dari buku-buku yang ditulis oleh para pengarang buku yang jumlahnya sangat banyak sekali. Cara belajar sendiri (otodidak) ini lebih efektif dengan membaca buku-buku yang sekarang ini jumlah dan ragam-macamnya sangat banyak sekali. Hampir setiap sisi kehidupan kita, setiap sisi pola pikir kita, setiap sudut ruang gerak kita, setiap bagian dari gaya hidup kita, setiap sudut dari perasaan hati kita, setiap karakter manusia-manusia pilihan (para nabi, para wali, para ulama, para tokoh, bahkan para koruptor, para palacur, para durjana angkara murka), dan lain sebagainya semuanya ada bukunya. Bahkan dari masing-masing yang tersebut terakhir ditulis oleh belasan, puluhan atau bahkan ratusan penulis yang berbeda. Maka cara otodidak inipun tidak akan pernah sampai pada tepi pengetahuan dari samudera keilmuan yang maha luas. Apakah lagi yang hanya belajar melalui pendidikan formal yang kurikulumnya memang dibatasi sesuai perkembangan kemampuan anak didik, atau dibatasi berdasarkan fokus spesialisasi suatu kejuruan bidang ilmu yang dipelajarinya.
Kedua, karena sebuah buku itu umumnya ditulis oleh para penulis yang umumnya berusia antara 35 sampai dengan 50 tahun. Ambillah misalnya rata-rata usia penulis adalah 40 tahun, maka sebuah buku yang diterbitkan melukiskan sebagian dari 40 tahun pengalaman, pandangan, persepsi, imajinasi seorang pengarang buku. Kita misalkan lagi, dalam sehari kita menyelesaikan membaca 1 buku saja, maka kalau kita rutin membaca buku setiap hari, dalam 1 tahun kita telah membaca 365 buku yang merangkum 365 x 40 tahun pengalaman seorang penulis atau sama dengan 14.600 tahun pengalaman para penulis. Luar Biasa!.
Ketiga, Membaca buku adalah konsumsi bagi tubuh kita, tepatnya konsumsi bagi otak dan hati kita. Konsumsi bagi pikiran dan perasaan kita. Ini tidak mutlak, buktinya banyak orang yang otak dan hatinya tidak diberi makan dengan membaca buku dia masih bertahan hidup dan tetap waras.Akan tetapi bagi sebagian orang, membaca buku ini merupakan konsumsi primer yang tidak boleh tidak harus dipenuhi sebab kalau tidak ia akan mati. Ya!, paling tidak mati akal dan perasaannya, mati pikiran dan buta mata hatinya.
Keempat, Bacalah! (Iqra’!), demikian bunyi ayat pertama kitab suci Al-Qur’an yang diturunkan untuk umat Muhammad saw dan manusia di muka bumi sesudahnya, 1440 tahun yang lalu. Membaca disini mempunyai pengertian yang luas, yang tidak hanya membaca buku bacaan tetapi membaca apa saja yang ada di depan mata kita, yang ada di sekitar diri kita, yang ada pada penciptaan diri kita, yang tak terlihat sekalipun oleh mata kita, dan semuanya.
Bacalah, Bacalah dengan menyebut nama Rabb-mu yang telah menciptakan, yang telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Rabb-mulah Yang Maha Mulia, yang mengajarkan kepada manusia dengan perantaraan qalam (tulisan; alQur’an), mengajarkan kepada manusia apa saja yang belum diketahuinya.
Dari bagian pertama Surat Al-Alaq ayat 1 sampai 5 –yang merupakan wahyu yang pertama kali diturunkan oleh Allah kepada Muhammad saw- kita langsung bisa menangkap maknanya, meskipun sebatas kemampuan persepsi kita. Makna yang luas dan mendalam, makna perintah yang tidak hanya lahiriah tetapi juga ajaran aqidah dan tauhid yang mengimani sesuatu yang ghaib. Makna membaca objek yang bukan sesuatu yang wujud dan mudah saja, tetapi juga objek yang perlu kajian analitis dan mendalam (proses kejadian manusia dari segumpal darah). Ketika kita tidak mampu secara langsung melakukan observasi kepada objek dimana kita diperintahkan untuk membacanya, maka buku-buku yang telah ditulis oleh para penulis yang sekaligus para ahlinya adalah solusinya. Untuk itulah kita perlu membaca buku-buku yang banyak macamnya, yang mendalam isinya, yang bermacam-macam kajiannya, dan lain sebagainya.
Kelima, Bacalah maka kamu akan menjadi pintar. Jelas, walaupun sekali lagi tidak mutlak, orang yang tidak pernah membaca buku ia akan menjadi modoh, gak tau apa-apa, pengetahuannya cupet, ilmunya dangkal, prilakunya rendahan, hidupnya gak mutu. Eh, ini gak ngumpat atau mengejek, cuma saja jangan ditiru selama anda masih waras.
[Ahamad 21-12-2012
Ada banyak alasan kenapa orang mesti membaca buku yang ditulis oleh orang lain. Diantaranya adalah Pertema karena adanya kebutuhan dari diri kita untuk menggali ilmu pengetahuan atau informasi tentang berbagai hal yang kita butuhkan. Kita merasa mencari ilmu sebagai suatu kebutuhan karena memang bagi kita, umat Islam, mencari ilmu diwajibkan kepada kita. Rosulullah saw bersabda :”Mencari ilmu wajib atas setiap orang Islam baik laki-laki maupun perempuan”. Sementara itu mencari ilmu tidak harus melalui sekolah-sekolah formal maupun informal, akan tetapi juga dengan cara belajar sendiri dari buku-buku yang ditulis oleh para pengarang buku yang jumlahnya sangat banyak sekali. Cara belajar sendiri (otodidak) ini lebih efektif dengan membaca buku-buku yang sekarang ini jumlah dan ragam-macamnya sangat banyak sekali. Hampir setiap sisi kehidupan kita, setiap sisi pola pikir kita, setiap sudut ruang gerak kita, setiap bagian dari gaya hidup kita, setiap sudut dari perasaan hati kita, setiap karakter manusia-manusia pilihan (para nabi, para wali, para ulama, para tokoh, bahkan para koruptor, para palacur, para durjana angkara murka), dan lain sebagainya semuanya ada bukunya. Bahkan dari masing-masing yang tersebut terakhir ditulis oleh belasan, puluhan atau bahkan ratusan penulis yang berbeda. Maka cara otodidak inipun tidak akan pernah sampai pada tepi pengetahuan dari samudera keilmuan yang maha luas. Apakah lagi yang hanya belajar melalui pendidikan formal yang kurikulumnya memang dibatasi sesuai perkembangan kemampuan anak didik, atau dibatasi berdasarkan fokus spesialisasi suatu kejuruan bidang ilmu yang dipelajarinya.
Kedua, karena sebuah buku itu umumnya ditulis oleh para penulis yang umumnya berusia antara 35 sampai dengan 50 tahun. Ambillah misalnya rata-rata usia penulis adalah 40 tahun, maka sebuah buku yang diterbitkan melukiskan sebagian dari 40 tahun pengalaman, pandangan, persepsi, imajinasi seorang pengarang buku. Kita misalkan lagi, dalam sehari kita menyelesaikan membaca 1 buku saja, maka kalau kita rutin membaca buku setiap hari, dalam 1 tahun kita telah membaca 365 buku yang merangkum 365 x 40 tahun pengalaman seorang penulis atau sama dengan 14.600 tahun pengalaman para penulis. Luar Biasa!.
Ketiga, Membaca buku adalah konsumsi bagi tubuh kita, tepatnya konsumsi bagi otak dan hati kita. Konsumsi bagi pikiran dan perasaan kita. Ini tidak mutlak, buktinya banyak orang yang otak dan hatinya tidak diberi makan dengan membaca buku dia masih bertahan hidup dan tetap waras.Akan tetapi bagi sebagian orang, membaca buku ini merupakan konsumsi primer yang tidak boleh tidak harus dipenuhi sebab kalau tidak ia akan mati. Ya!, paling tidak mati akal dan perasaannya, mati pikiran dan buta mata hatinya.
Keempat, Bacalah! (Iqra’!), demikian bunyi ayat pertama kitab suci Al-Qur’an yang diturunkan untuk umat Muhammad saw dan manusia di muka bumi sesudahnya, 1440 tahun yang lalu. Membaca disini mempunyai pengertian yang luas, yang tidak hanya membaca buku bacaan tetapi membaca apa saja yang ada di depan mata kita, yang ada di sekitar diri kita, yang ada pada penciptaan diri kita, yang tak terlihat sekalipun oleh mata kita, dan semuanya.
Bacalah, Bacalah dengan menyebut nama Rabb-mu yang telah menciptakan, yang telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Rabb-mulah Yang Maha Mulia, yang mengajarkan kepada manusia dengan perantaraan qalam (tulisan; alQur’an), mengajarkan kepada manusia apa saja yang belum diketahuinya.
Dari bagian pertama Surat Al-Alaq ayat 1 sampai 5 –yang merupakan wahyu yang pertama kali diturunkan oleh Allah kepada Muhammad saw- kita langsung bisa menangkap maknanya, meskipun sebatas kemampuan persepsi kita. Makna yang luas dan mendalam, makna perintah yang tidak hanya lahiriah tetapi juga ajaran aqidah dan tauhid yang mengimani sesuatu yang ghaib. Makna membaca objek yang bukan sesuatu yang wujud dan mudah saja, tetapi juga objek yang perlu kajian analitis dan mendalam (proses kejadian manusia dari segumpal darah). Ketika kita tidak mampu secara langsung melakukan observasi kepada objek dimana kita diperintahkan untuk membacanya, maka buku-buku yang telah ditulis oleh para penulis yang sekaligus para ahlinya adalah solusinya. Untuk itulah kita perlu membaca buku-buku yang banyak macamnya, yang mendalam isinya, yang bermacam-macam kajiannya, dan lain sebagainya.
Kelima, Bacalah maka kamu akan menjadi pintar. Jelas, walaupun sekali lagi tidak mutlak, orang yang tidak pernah membaca buku ia akan menjadi modoh, gak tau apa-apa, pengetahuannya cupet, ilmunya dangkal, prilakunya rendahan, hidupnya gak mutu. Eh, ini gak ngumpat atau mengejek, cuma saja jangan ditiru selama anda masih waras.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar