Siswa-siswi SMK di Surabaya Rakit 4.484 Laptop
Januari 30, 2011
Siswa-siswi
SMK di Surabaya sudah membuktikan diri bahwa mereka sanggup merakit
laptop sendiri dalam jumlah massal. Sebanyak 4.484 unit netbook atau
laptop mini berhasil mereka rakit untuk kebutuhan sendiri.
Perangkat tersebut akan dibagikan ke sekolah-sekolah menengah kejuruan baik negeri maupun swasta di Jawa Timur sepanjang pertengahan Januari 2011. Netbook itu dirakit 700 siswa SMK negeri dan swasta di Surabaya pada akhir November 2010 atas dukungan Direktorat Pembinaan SMK Kementerian Pendidikan Nasional.
Beberapa kepala sekolah SMK seperti dari Kabupaten Malang dan Bojonegoro terlihat mengambil komputer jinjing mini itu Senin (17/1/2011). Sebelum diserahkan, komputer jinjing mini dicek ulang oleh tim yang terdiri atas 12 siswa kelas X SMKN 2 Surabaya didampingi Hary Subagio Kepala Program Teknologi Informatika sekolah tersebut.
“Sesungguhnya sudah ada beberapa pengecekan awal, tetapi kontrol terakhir ini untuk meyakinkan karya siswa SMK memang bisa digunakan. Lagipula, ini sekaligus untuk pembelajaran siswa,” tutur Hary.
Kepala SMKN 2 Surabaya Bahrun menambahkan, 4.484 komputer jinjing mini ini dibagikan kepada SMK Negeri Swasta se-Jawa Timur. Sebanyak 340 unit diberikan kepada 78 SMK Negeri Swasta di Surabaya. Adapun sisanya didistribusikan kepada 898 SMK Negeri dan Swasta di luar Surabaya, di Jatim.
Distribusi komputer jinjing mini untuk sekolah-sekolah di luar Surabaya hampir rampung pekan ini. Setelahnya, kata Bahrun, distribusi untuk sekolah di Surabaya. Diharapkan pekerjaan ini selesai sebelum Januari berakhir.
Setiap SMK mendapatkan 4 unit komputer jinjing mini dengan prosesor intel 1,66 GHz, perangkat keras (harddisk) 250 GB, memory 1 GB – DDR 3, perangkat baca kartu 8 in 1 card reader (MMC/RSmmc/sD).
Untuk perakitan itu, SMKN 2 Surabaya mencatatkan diri dalam rekor Museum Rekor Indonesia (MURI) sebagai pemrakarsa perakitan laptop terbanyak.
Perangkat tersebut akan dibagikan ke sekolah-sekolah menengah kejuruan baik negeri maupun swasta di Jawa Timur sepanjang pertengahan Januari 2011. Netbook itu dirakit 700 siswa SMK negeri dan swasta di Surabaya pada akhir November 2010 atas dukungan Direktorat Pembinaan SMK Kementerian Pendidikan Nasional.
Beberapa kepala sekolah SMK seperti dari Kabupaten Malang dan Bojonegoro terlihat mengambil komputer jinjing mini itu Senin (17/1/2011). Sebelum diserahkan, komputer jinjing mini dicek ulang oleh tim yang terdiri atas 12 siswa kelas X SMKN 2 Surabaya didampingi Hary Subagio Kepala Program Teknologi Informatika sekolah tersebut.
“Sesungguhnya sudah ada beberapa pengecekan awal, tetapi kontrol terakhir ini untuk meyakinkan karya siswa SMK memang bisa digunakan. Lagipula, ini sekaligus untuk pembelajaran siswa,” tutur Hary.
Kepala SMKN 2 Surabaya Bahrun menambahkan, 4.484 komputer jinjing mini ini dibagikan kepada SMK Negeri Swasta se-Jawa Timur. Sebanyak 340 unit diberikan kepada 78 SMK Negeri Swasta di Surabaya. Adapun sisanya didistribusikan kepada 898 SMK Negeri dan Swasta di luar Surabaya, di Jatim.
Distribusi komputer jinjing mini untuk sekolah-sekolah di luar Surabaya hampir rampung pekan ini. Setelahnya, kata Bahrun, distribusi untuk sekolah di Surabaya. Diharapkan pekerjaan ini selesai sebelum Januari berakhir.
Setiap SMK mendapatkan 4 unit komputer jinjing mini dengan prosesor intel 1,66 GHz, perangkat keras (harddisk) 250 GB, memory 1 GB – DDR 3, perangkat baca kartu 8 in 1 card reader (MMC/RSmmc/sD).
Untuk perakitan itu, SMKN 2 Surabaya mencatatkan diri dalam rekor Museum Rekor Indonesia (MURI) sebagai pemrakarsa perakitan laptop terbanyak.
Mahasiswa Indonesia di Libya Unjuk Gigi
November 20, 2010
Mahasiswa Indonesia di Libya yang tergabung dalam Kesatuan
Keluarga Mahasiswa Indonesia (KKMI) berunjuk gigi di ajang “Indonesian
Cultural Festival” di auditorium kampus “International Islamic Call
College”, Tunisia.
“Mahasiswa dan mahasiswi Indonesia untuk kesekian kalinya unjuk kebolehan dengan menampilkan kesenian Indonesia di Libya,” ujar mahasiswa Indonesia di Libya, Miftahur Risal, kepada koresponden Antara London, Sabtu.
Dalam acara pengenalan kesenian Indonesia itu, para mahasiswa menampilkan keahlian mereka di depan ratusan pengunjung yang berasal dari berbagai negara.
Menurut Miftahur Risal, kampus yang menjadi venue acara itu adalah kampus bergengsi yang khusus diperuntukkan mahasiswa yang berasal dari luar Libya.
Awalnya, acara itu dirancang hanya sebagai ajang penggalangan dana untuk korban bencana di Tanah air, namun mengingat birokrasi perizinan yang cukup rumit, maka acara akhirnya ditata ulang menjadi “Indonesian Cultural Festival.”
“Meski demikian, kita tidak lupa untuk memanjatkan doa bersama bagi para korban, di samping usaha maupun bantuan moril dan materiil yang telah digalang jauh hari sebelum acara,” ujar koordinator acara Nayyif Fairuza.
Aneka kesenian yang ditampilkan antara lain musik Angklung, Marawis, Acapella, Nasyid, Pencak Silat, Tari-tarian, Drama Musikal, dan berbagai seni musik kompilasi modern dan tradisional.
Di tengah-tengah acara, para hadirin juga terhibur dengan “doorprize” yang diberikan melalui pertanyaan-pertanyaan ke-Indonesiaan yang diajukan pembawa acara, ternyata banyak sekali hadirin yang mengenal betul Indonesia.
Acara ditutup dengan “slide show” mengenai gambaran bencana di Tanah Air untuk selanjutnya diadakan doa bersama yang dipimpin Imam Besar Masjid Kuliah Da`wah, Tripoly.
“Mahasiswa dan mahasiswi Indonesia untuk kesekian kalinya unjuk kebolehan dengan menampilkan kesenian Indonesia di Libya,” ujar mahasiswa Indonesia di Libya, Miftahur Risal, kepada koresponden Antara London, Sabtu.
Dalam acara pengenalan kesenian Indonesia itu, para mahasiswa menampilkan keahlian mereka di depan ratusan pengunjung yang berasal dari berbagai negara.
Menurut Miftahur Risal, kampus yang menjadi venue acara itu adalah kampus bergengsi yang khusus diperuntukkan mahasiswa yang berasal dari luar Libya.
Awalnya, acara itu dirancang hanya sebagai ajang penggalangan dana untuk korban bencana di Tanah air, namun mengingat birokrasi perizinan yang cukup rumit, maka acara akhirnya ditata ulang menjadi “Indonesian Cultural Festival.”
“Meski demikian, kita tidak lupa untuk memanjatkan doa bersama bagi para korban, di samping usaha maupun bantuan moril dan materiil yang telah digalang jauh hari sebelum acara,” ujar koordinator acara Nayyif Fairuza.
Aneka kesenian yang ditampilkan antara lain musik Angklung, Marawis, Acapella, Nasyid, Pencak Silat, Tari-tarian, Drama Musikal, dan berbagai seni musik kompilasi modern dan tradisional.
Di tengah-tengah acara, para hadirin juga terhibur dengan “doorprize” yang diberikan melalui pertanyaan-pertanyaan ke-Indonesiaan yang diajukan pembawa acara, ternyata banyak sekali hadirin yang mengenal betul Indonesia.
Acara ditutup dengan “slide show” mengenai gambaran bencana di Tanah Air untuk selanjutnya diadakan doa bersama yang dipimpin Imam Besar Masjid Kuliah Da`wah, Tripoly.
Bahaya Kresek Hitam
November 17, 2010
Di
Hari Raya Idul Adha, kantong kresek seringkali dimanfaatkan sebagai
wadah daging kurban. Di balik sifatnya yang praktis dan murah, kantong
kresek mengandung bahan kimia berbahaya yang bisa mengontaminasi makanan
di dalamnya.
Sejak pertengahan tahun lalu, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) telah mengeluarkan peringatan resmi tentang bahaya kantong kresek. Bedasar hasil penelitiannya, kantong kresek, terutama warna hitam, merupakan produk daur ulang mengandung bahan kimia berbahaya.
Tak hanya itu, dalam proses daur ulang, produsen juga tak memerhatikan riwayatnya. “Apakah bekas wadah pestisida, limbah rumah sakit, kotoran hewan, kotoran manusia, atau limbah logam berat,” demikian petikan peringatan BPOM tentang kantong kresek.
BPOM meminta masyarakat tak menggunakan kantong kresek sebagai wadah makanan, terutama makanan siap santap. Selain diragukan kebersihannya, kantong kresek berwarna dikhawatirkan mengandung zat karsinogen yang dalam pemakaian jangka panjang dapat memicu kanker.
Bahan kimia plastik tak hanya mudah terurai dan migrasi ketika terkena makanan panas. Namun, juga makanan mengandung asam, cuka, vitamin c, berminyak atau berlemak. Tak berlebihan jika Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor dan Institut Pertanian Bogor (IPB) mengimbau agar daging kurban tidak dimasukkan dalam kantong kresek, terutama warna hitam.
Selain kantong kresek, kemasan plastik berbahan polivinil klorida (PVC) dan kemasan makanan styrofoam juga berisiko melepaskan bahan kimia berbahaya. Jangan menggunakan kemasan makanan mengandung PVC sebagai wadah makanan panas, berminyak, berlemak atau mengandung alkohol.
Sejak pertengahan tahun lalu, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) telah mengeluarkan peringatan resmi tentang bahaya kantong kresek. Bedasar hasil penelitiannya, kantong kresek, terutama warna hitam, merupakan produk daur ulang mengandung bahan kimia berbahaya.
Tak hanya itu, dalam proses daur ulang, produsen juga tak memerhatikan riwayatnya. “Apakah bekas wadah pestisida, limbah rumah sakit, kotoran hewan, kotoran manusia, atau limbah logam berat,” demikian petikan peringatan BPOM tentang kantong kresek.
BPOM meminta masyarakat tak menggunakan kantong kresek sebagai wadah makanan, terutama makanan siap santap. Selain diragukan kebersihannya, kantong kresek berwarna dikhawatirkan mengandung zat karsinogen yang dalam pemakaian jangka panjang dapat memicu kanker.
Bahan kimia plastik tak hanya mudah terurai dan migrasi ketika terkena makanan panas. Namun, juga makanan mengandung asam, cuka, vitamin c, berminyak atau berlemak. Tak berlebihan jika Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor dan Institut Pertanian Bogor (IPB) mengimbau agar daging kurban tidak dimasukkan dalam kantong kresek, terutama warna hitam.
Selain kantong kresek, kemasan plastik berbahan polivinil klorida (PVC) dan kemasan makanan styrofoam juga berisiko melepaskan bahan kimia berbahaya. Jangan menggunakan kemasan makanan mengandung PVC sebagai wadah makanan panas, berminyak, berlemak atau mengandung alkohol.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar