Halaman

tulisan berjalan

bagaimana mengawali menulis

BAGAIMANA MENGAWALI MENULIS DAN MENEMUKAN GAGASAN?: TUTUP "BUKU" 2012 (3)

BAGAIMANA MENGAWALI MENULIS DAN MENEMUKAN GAGASAN?: TUTUP "BUKU" 2012 (3)



[Salam. Kali ini, saya ingin menunjukkan pekerjaan terakhir saya pada tahun 2012. Masih dalam serial tulisan saya bertajuk “Tutup ‘Buku’ 2012”, namun sesungguhnya tulisan ini merupakan “Tutup ‘Kerja’” saya he he he. Sekitar minggu kedua di bulan Desember 2012, saya diundang oleh Diklat Kementrian Perindustrian di Jakarta. Saya diminta melatih para widyasawara di kementrian trrsebut terkait dengan “mengikat makna” tetapi yang menekankan materi tentang bagaimana menemukan dan mengembangkan gagasan. Saya pun mengirimkan materi tertulis berikut ini sebagai bahan bacaan para peserta pelatihan. Siapa tahu, materi ini juga bermanfaat untuk Anda. Selamat menikmati dan selamat memasuki tahun baru 2013.]


Memperkenalkan Mengikat Makna: Sebuah Kegiatan Menulis dan Membaca yang Memberdayakan
Oleh Hernowo

Mengikat Makna (MM) adalah kegiatan membaca yang dibarengkan atau dipadukan dengan kegiatan menulis. Diharapkan dengan memadukan dua kegiatan penting tersebut, seseorang kemudian dapat mengatasi pelbagai problem dan hambatan menulis sekaligus membaca. Hal itu dapat terjadi  karena membaca akan membantu menulis dan menulis akan mengefektifkan membaca. MM, jika dapat dibiasakan, akan dapat membantu diri kita merasakan bahwa membaca memerlukan menulis dan, sebaliknya, menulis memerlukan membaca.



MM memosisikan membaca sebagai kegiatan memasukkan sesuatu yang penting dan berharga ke dalam diri. Sementara itu, menulis adalah kegiatan mengeluarkan atau menunjukkan sesuatu yang penting dan berharga yang diperoleh, terutama, dari kegiatan membaca. MM akan menjadikan kegiatan membaca ada hasilnya (membaca pun menjadi tidak sia-sia) dan MM akan memudahkan dan melancarkan kegiatan menulis (khususnya dalam mengeluarkan pikiran orisinal). MM yang dibiasakan (dilakukan secara kontinu dan konsisten) akan meningkatkan kulitas pikiran dan memudahkan seseorang untuk menemukan dan mengembangkan gagasan.

Berikut ini adalah paparan tentang tiga kegiatan penting dalam menulis—menulis apa saja baik menulis artikel ilmiah populer, menulis karya ilmiah berupa makalah-tesis-disertasi, atau membuat karya tulis dalam bentuk lain—yang tentu pernah dialami oleh siapa saja yang pernah menulis.  Semoga pemaparan dan pemraktikkan hal-hal yang dipaparkan tersebut dapat membantu siapa saja dalam menjalankan kegiatan menulis. Semoga kegiatan menulis Anda menjadi mengasyikkan (meskipun tetap menguras pikiran) dan menyamankan (membebaskan Anda dari tekanan dan mungkin juga siksaan).

Bagaimana Mengawali Menulis?
Menulis tidak dapat langsung jadi ketika kita sudah membuka laptop/komputer dan menuliskan judul atau topik yang ingin kita tulis. Bahkan ada banyak sekali hambatan dan problem di dalamnya. Misalnya, apa yang ingin kita tulis pertama kali? Apa yang akan kita keluarkan dari pikiran kita? Bagaimana menata pikiran kita agar enak dibaca? Bagaimana menyusunnya? Bagaimana membuat agar rangkaian kata-katanya menjadi logis? Dan bagaimana mengaitkan kalimat atau paragraf sebelumnya dengan kalimat atau paragraf berikutnya?



Mengawali menulis memerlukan strategi. Apabila kita tidak berhasil memecahkan hambatan-hambatan dan problem menulis di awal, bisa jadi kita akan tidak dapat menghasilkan tulisan yang kita inginkan. Bahkan, kita dapat mengalami siksaan, rasa frustrasi yang berkepanjangan, dan kemungkinan terburuk adalah mengalami trauma menulis. Kenapa? Karena bisa jadi yang ingin kita tulis A, ternyata yang kita keluarkan di layar komputer B. Atau, kita merasa bahwa materi yang ingin kita tulis, rasa-rasanya, sudah ada dan terkumpul di dalam pikiran, tapi mengeluarkan satu kalimat saja sulitnya bukan main.

Bagaimana kita mengawali menulis? Bagaimana kita mengatasi hambatan dan problem menulis yang dimunculkan oleh kegiatan di awal menulis tersebut? Bagaimana kita dapat mengondisikan diri agar merasa nyaman (senantiasa memiliki emosi positif) ketika memulai menulis? Bagaimana agar kita mudah dan lancar dalam mengeluarkan dan mengalirkan bahan-bahan yang ingin kita tulis? Bagaimana agar kita dapat menghasilkan tulisan di awal yang membuat diri kita percaya diri?

Saya memanfaatkan strategi mengikat makna untuk mengatasi hambatan dan problem memulai menulis. Pertama, mengikat makna memberi saya dua “ruang” untuk menulis. Ruang itu adalah Ruang Privat dan Ruang Publik. Ruang yang pertama merupakan ruang yang menegaskan bahwa saya sedang berada sendirian di muka bumi ketika saya mengawali menulis. Ruang yang kedua merupakan ruang yang sudah melibatkan orang lain. Atau di dalam Ruang Publik tersebut sudah ada aturan-aturan menulis (yang telah disepakati oleh banyak orang) terkait dengan bagaimana menciptakan tulisan yang baik.



Ketika saya mengawali menulis, saya senantiasa menggunakan Ruang Privat. Di Ruang Privat ini kendali menulis hampir mutlak ada pada diri saya. Saya misalnya, kerap memanfaatkan teknikfree writring—teknik menulis yang memanfaatkan otak kanan—untuk mengeluarkan bahan-bahan mentah tulisan. Teknik free writing ini juga kadang disebut sebagai teknik fast writing (lihat Bobbi DePorter dan Mike Hernacki, Quantum Learning, Kaifa, 1999). Ketika mengawali kegiatan menulis, saya tidak langsung dapat berhubungan dengan topik yang akan saya tulis. Saya pun kemudian menuliskan apa saja di layar komputer saya. Biasanya yang saya tulis berupa pertanyaan (contoh: Apa yang ada di pikiranku saat ini?) Atau saya menggunakan kegiatan menulis untuk “membuang” sumbatan-sumbatan yang ada di pikiran saya (contoh: Tak ada yang dapat kutulis. Aku masih memikirkan anakku yang sakit. Bingung. Macet, dan semacamnya).

Teknik free writing atau fast writing tersebut—merujuk ke buku Peter Elbow, Writing without Teachers(Oxford UP, 1973)—membantu saya dalam meningkatkan salah satu keterampilan dasar menulis: keterampilan mengeluarkan pikiran. Teknik tersebut juga sering saya manfaatkan untuk mencicil mengumpulkan bahan-bahan mentah materi yang akan saya tulis. Lewat teknik tersebut, saya juga kerap dibantu untuk membuang belenggu-pikiran yang kadang mengerangkeng atau memperdaya saya dalam menulis.

Di samping dapat membantu saya mengumpulkan bahan mentah tulisan (yang mungkin masih sangat berantakan), teknik free writing juga membantu saya untuk tidak langsung memperbaiki tulisan yang baru saja saya keluarkan. Kegiatan mengeluarkan bahan-bahan mentah tulisan memang tidak boleh dibarengkan dengan kegiatan mengoreksi atau memperbaiki hasil tulisan. Dua kegiatan ini harus dipisah. Bahkan Colin Rose, praktisi accelerated learning yang menggagas kegiatan menulis super (lihat Colin Rose, Master It Fasters, Accelerated Learning Systems Library, 1991) menyarankan agar kegiatan mengeluarkan bahan mentah tulisan dan kegiatan mengoreksi itu dilakukan dalam waktu yang berbeda.



Bagaimana Menemukan Ide dan Mengembangkannya?
Menurut Rhenald Kasali, “Banyak orang berpikir, para sarjana otomatis bisa menulis. Faktanya banyak dosen yang mengambil program doktor kesulitan merajut pemikirannya menjadi tulisan yang baik. Hanya dengan mengajar saja tidak ada jaminan seorang pendidik bisa menulis. Menulis membutuhkan latihan dan, seperti seorang pemula, ia pasti memulai dengan karya yang biasa-biasa saja, bahkan cenderung buruk. Namun, sepanjang itu original, patut dihargai.” (Lihat Rhenald Kasali, ”Orang Pintar Plagiat”, Kompas edisi Selasa, 20 April 2010).

Menurut saya, gagasan adalah pikiran orisinal yang terus-menerus kita keluarkan lewat menulis. Apabila kita dapat berlatih untuk mengeluarkan pikiran orisinal kita, ada dua keuntungan yang dapat kita peroleh. Pertama, kita akan terhindar dari jebakan palgiarisme atau—dalam bahasa saat ini disebut sebagai—“copy paste”. Kedua, apabila pikiran orisinal itu terus kita rawat, kita perhatikan, dan kita perbaiki bahasa-ungkapnya, pikiran orisinal itu akan berubah menjadi gagasan. Gagasan adalah pikiran yang unik, yang berbeda, dan langka.

Gagasan, bagi saya, akan mengubah sebuah tulisan yang biasa, yang hampa, dan datar menjadi tulisan yang bermakna. MM atau Mengikat Makna adalah konsep membaca dan menulis untuk membantu pelaku MM untuk menemukan sesuatu yang penting dan berharga dalam sebuah tulisan. Bagaimana kita dapat menemukan sesuatu yang penting dan berharga dalam tulisan kita? Dengan membaca secara perlahan dan bersuara. Kegiatan membaca seperti ini, saya sebut sebagai kegiatan membaca “ngemil”. Kita membaca dengan bersuara agar dapat menikmati irama tulisan yang kita baca.

Selain kegiatan membaca “ngemil”, ada satu teknik membuka pikiran dan mengembangkannya yang membantu saya dalam menemukan gagasan. Teknik tersebut ditemukan oleh Dr. Gabriele Luser Rico dan dinamakan teknik clustering (lihat Dr. Gabriele L. Rico, Writing the Natural Way: Turn the Task of Writing into the Joy of Writing, wwwgabrielerico.com). Dr. Rico mengadopsi teknik ini dari teknik mind mapping temuan Tony Buzan. Selain memanfaatkan dua belahan otak kiri dan otak kanan—yang ditemukan oleh Roger Sperry—teknik clustering juga memanfaatkan teknik free writing sebagaimana telah dijelaskan di bagian sebelum ini.

Teknik clustering membantu saya untuk berlatih keterampilan mengeluarkan pikiran dan keterampilan merangkai kata-kata. Hebatnya, teknik clustering ini juga membantu saya untuk menemukan sudut pandang baru dalam menuliskan sesuatu. Sebagaimana seorang fotografer yang dengan mudah menemukan sudut pandang dalam memotret agar potret yang dihasilkan tidak biasa-biasa saja, seorang penulis juga perlu berlatih menemukan sudut pandang yang tidak biasa. Dan teknik clusteringdapat membantu seorang penulis untuk keperluan itu.

Semoga bermanfaat.[]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar